Kamis, 31 Januari 2019

Pandangan Umum Alphabet Nusantara



Alphabet Nusantara dinamakan demikian karena ini aksara asli dan pertama dibuat di Nusantara yang sejarah pemakaiannya juga hampir seluruh Nusantara, yang masih terdokumentasi dengan baik, lengkap, dan terbaca. yang bisa menyamainya penggunaannya di Nusantara adalah Aksara Pallawa dari India bagian selatan, Abjad Arab dari Jazirah Arab, dan Abese Latin dari Eropa namun ketiganya itu hanya pinjam pakai dengan memodifikasi beberapa huruf agar bisa digunakan untuk menulis bahasa lokal, selebihnya sama. Alphabet Nusantara merupakan aksara hasil pembakuan dari Aksara Jawa Kuno (Kavi Script) yang dikenal pertama kali dalam Prasasti Dinoyo yang tertanggal 680 Saka atau 760 Masehi dan juga sebagai penyederhanaan bentuk Aksara Carakan, dengan memilih bentuk dan sandangan yang mudah dibedakan, dikemas dalam mode berbasis horizontal, dan dalam praktiknya Alphabet Nusantara ditulis menggunakan sepasi, simbol-simbol internasional, dan menganut tiga sistem tulis yaitu:

  1. Sistem Tulis Abjadiyah, dimana ngalagena sebagai konsonan kecuali huruf W sebagai konsonan dan juga pemokal O dan U, Y sebagai konsonan dan pemokal I dan E, dan A sebagai pemokal A, ketiga huruf tersebut digunakan hanya jika diperlukan agar kata terbaca dengan baik, ditulis tanpa menggunakan diakritik;
  2. Sistem Tulis Romaniyah, dimana sandangan sebagai vokal non-mandiri dan ngalagena sebagai konsonan, Wulu untuk Vokal I, Suku untuk Vokal U, Taling untuk Vokal È, Pepet untuk Vokal Ê, Tarung untuk Vokal A, dan Taling-Tarung untuk Vokal O, dll;
  3. Sistem Tulis Brahmiyah, dimana setiap ngalegena sudah melekat bunyi A, termasuk Aksara Swara A juga sudah melekat bunyi A. dimana untuk mengubah bunyinya menggunakan sandangan Wulu untuk Vokal I, Suku untuk Vokal U, Taling untuk Vokal È, Pepet untuk Vokal Ê, Tarung untuk Vokal A, Taling-Tarung untuk Vokal O, dll. untuk menghilangkan bunyinya sehingga menjadi konsonan menggunakan Tudhung.


Bagi pengguna tidak akan kesulitan untuk membedakan sistem tulis yang digunakan si penulis, karena pembaca akan mudah dan cepat menyesuaikan dengan melihat karakteristiknya.

Alphabet Nusantara memiliki pandangan:

  1. Pembakuan tulisan (Wawaton/Paugeran) hanya dilakukan secara resmi oleh negara pengguna dan Wawaton lama otomatis tidak berlaku lagi jika sudah ada Wawaton baru yang menggantikannya dalam negara tersebut, Wawaton lama tentu dapat dipelajari terbatas hanya oleh orang yang berkepentingan saja;
  2. Walaupun tidak memiliki Wawaton Alphabet Nusantara tetap dapat digunakan dengan mengikuti Standar Gatra Aksara Nusantara yang menyediakan tabel huruf dan sandangan a sampai z yang dapat digunakan sebagaimana mestinya;
  3. Wawaton, Paugeran, atau pembakuan tulisan harus mengikuti Gatra Aksara Nusantara bukan sebaliknya, sehingga bentrokan penggunaan huruf dan sandangan tidak akan terjadi;
  4. Gunakanlah Gatra Aksara Nusantara sesuai kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Enjoy Your Aksara!

0 komentar:

Posting Komentar